Clock

Senin, 14 September 2020

Jambi + Padang Backpacker Super Hemat dari Jakarta . Part 2

 Jambi + Padang Backpacker Super Hemat dari Jakarta . Part 2

Berikut ini adalah link untuk Part 1 : https://rickyadiyanto.blogspot.com/2018/01/jambi-padang-backpacker-super-hemat.html?m=1

Halo teman-teman semua, kali ini saatnya kembali lanjutkan pengalaman saat menjelajahi dari bagian timur Pulau Sumatra hingga ke barat pulau yang biasa disebut sebagai Andalas itu.



Note: dalam perjalanan selama dua hari hari di Padang ini  dokumentasi foto dan videonya dapat dilihat di akun Instagram: rickyadiyanto.1997 dikarenakan file asli dari foto dan videonya sudah tidak ada lagi karna satu dari lain hal, tapi tetap diusahakan untuk menceritakan perjalanan saya secara detail di blog ini. Terima kasih sudah mau berkunjung ke blog ini


Kondisi bus nya cukup baik dan nyaman, AC terasa dingin dan tersedia juga bantal serta selimut sepanjang perjalan, tapi jangan dibawa pulang ya. Nah malam itu penumpang bus ini terlihat cukup penuh yaitu sekitat 75% dari kapasitas bus. Tepat pukul 19:00, akhirnya bus berjalan juga meninggalkan Kota Jambi dengan beberapa kali singgah untuk menaikkan penumpang lagi di sepanjang perjalanan.


Sepanjang perjalanan tidak banyak yang bisa dilihat selain hutan sawit dari remang sinar bulan. Setelah melewati perjalanan yang panjang selama 10 jam, pada pukul 05:30 akhirnya tiba juga di Pool Bus Family Raya Ceria di Kota Padang. 


Awalnya sempat bingung mau pergi kemana dari pool bus ini, kalo mau langsung ke homestay tapi takut masih tutup karna masih pagi buta. Akhirnya terlintas pikiran untuk singgah alias numpang ngadem di restoran 24 jam, ya McDonald. Hahahaha, udah jauh-jauh ke Padang tapi tetep restoran fast food yang dipikirkan. Habis mau gimana, selain bisa istirahat dengan nyaman tapi bisa juga untuk sekedar ngopi sembari mengisi powerbank yang sudah mulai habis.


Jam 08:00 coba iseng untuk cek tarif ojek online ke Pantai Air Manis alias Pantai Malin Kundang yang sudah sangat terkenal itu. Waktu itu tarifnya sekitar Rp 40.000 untuk sekali jalan dari Kota Padang, berhubung akses menuju Pantai Malin Kundang tergolong sulit buat dapant angkutan umum jadinya ojek online ini adalah solusi jika tidak memungkinkan bawa kendaraan sendiri.


Setelah mendapat driver yang sedia mengatar, si driver ini rupanya menawarkan agar bisa juga mengantar kembali ke Kota Padang karena di kawasan Pantai Malin Kundang itu kata dia jarang/sulit sekali untuk dapat angkutan online. Dia menawarkan tarif yang sama untuk kembali ke Kota Padang tanpa menggunakan aplikasi yang bersedia menunggu di pantai itu pula. Wah, ini sih namanya rejeki ya, niat mau backpacker super hemat dan bersambut dengan inisiatif baik hati driver ojek online ini. 


Seteleh perjalanan motor selama 30 menit dari McDonald Padang, akhirnya tiba juga di Pantai Malin Kundang. Ternyata pagi itu di sana sudah cukup ramai oleh pengunjung. Apalagi semakin siang akan lebih ramai lagi pengunjungnya. 


Satu hal yang menarik dari Pantai Malin Kundang ini adalah ternyata rupa batu Malin Kundang itu senditi sudah tidak terlalu nampak seperti dulu lagi. Entah apa penyebab pastinya, tapi bisa jadi karena dampak deburan ombak laut dan lainnya. Selain memiliki keunikan batu Malin Kundang, di pantai ini juga bisa merasakan kesegeran alami pantai ini karena bibir pantainya yang sangat luas jika dibandingkan pantai lainnya.


Keindahan pantai ini ditambah lagi karena tepat tak jauh di seberang sana terdapat Pulau Pisang Ketek, sebuah pulau kecil yang bisa kita sebrangi dengan berjalan kaki jika air laut sedang surut pada pagi hari. Sesekali deburan air laut membasahi telapak kaki saat menyebrangi pasir pantai yang timbul ini. Kalo punya waktu lebih, bisa banget sekalian menyebrang ke Kepulauan Mentawai dengan kapal ferry selama 10-12 jam dari Pelabuhan Teluk Bungus atau bisa lebih cepat dengan pesawat Susi Air dari Bandara Minangkabau. Di Kepulauan Mentawai kita bisa lebih menikmati keindahan laut, mungkin lain kali ya bisa ke sana.


Setelah puas menikmati keindahan Pantai Air Manis ini tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 10:00, saatnya pergi meninggalkan pantai ini karna air laut semakin tinggi dan pengunjung semaki ramai. Tujuan berikutnya adalah Pantai Padang, sama-sama pantai tapi ini berlokasi persis dikeramaian pusat kota Padang jadi sangat disarankan untuk yang mau menginap di Padang di sekitaran pantai.


Sekitar jam 11:00 siang sudah tiba di Pantai Padang dan ternyata suasananya cukup sepi saat siang. Pantai nya cukup sempit jika dibandingkan dengan Pantai Air Manis. Karena sepi dan cuaca cukup terik siang itu, akhirnya gw putuskan untuk ke tujuan berikutnya yaitu Museum Adityawarman.


Museum Adityawarman ini hanya berjarak sekitar 15 menit perjalanan saja dari Pantai Padang. Museum ini gratis tanpa dipungut biaya dan saat kita masuk akan disambut oleh petugas penjaga yang meminta kita menuliskan nama dan asal daerah. Saya lihat ada cukup banyak turis asing dari Malaysia, terlebih Kota Padang ini terhubung langsung oleh penerbangan ke Kuala Lumpur bahkan bisa 3 jadwal dalam sehari.


Museum ini memiliki bentuk rumah gadang khas Minang yang sangat indah dan otentik. Di dalamnya terdapat berbagai macam jenis pakaian adat, lalu ada juga serba serbi info kebudayaan khas Minang. Museum ini juga memiliki pelataran yang cukup lapang dan bisa untuk para pengunjung berfoto ria di depannya.


Tidak terasa sudah jam 1 siang dan belum check in ke penginapan. Nah, ini adalah salah satu kekeliuran gw dalam memilih penginapan yang mana hanya memilih penhinapan dengan rate harga paling rendah, hahahaha. Padahal dengan nambah sedikit aja udah bisa dapat penginapan dengan fasilitas lebih baik di tengah kota.


Penginapan gw di Padang ini bernama Benyamin 2, adalah penginapan dengan rate harga termurah di Kota Padang namun berlokasi agak pinggir kota tepatnya di Jalan Aur Duri Indah,  Padang Timur. Saat tiba di penginapan ini gw disambut oleh penjaga yang sepertinya adalah anak dari pemilik penginapan ini yang nampak kebingungan mengenai proses check in, alhasil harus menunggu pemilik penginapan ini datang.


Penginapan Benyamin 2 ini sangat simpel dan ringkas, terdspat satu kasur ukuran single bed, kamar mandi di dalam dan kipas angin. Ya, kipas angin karna memang kamar seharga Rp 115.000 ini adalah tanpa AC.


Gw sempat bingung mau beli makanan di mana karena posisi penginapan ini ada di dalam kawasan perumahan yang tidak  ada restoran/rumah makan terlihat. Akhirnya gw pun berinisiatif untuk pesan via aplikasi ojek online. Tanpa pikir panjang begitu muncul rekomendasi makanan Sate Padang di halaman awal langsung aja order dan ternyata tidak perlu menunggu lama. 


Begitu makanan tiba, langsung aja deh dilahap. Rasa sate ini sangat lembut tidak alot, kuahnya yang kental gurih dan hangat menambah kenikmatan sate ini. Nah, berhubung ini kali pertama makan sate padang gw pun sebetulnya belum tau terbuat dari apa sate ini. Dan ya ternyata sate padang ini terbuat dari lidah sapi. Ga pernah nyangka sebelumnya bisa makan lidah sapi yang kalo dibayangin bentuknya agak gimana gitu, hehehe.


Setelah makan, barulah terasa ngantuk karna sepanjang perjalanan dari Jambi terasa kuranv nyenyak tidurnya. Bagun tidur jam 4 sore dan ternyata hujan turun cukup derasnya. Tapi gw tetap nekat untuk melanjutkan petualangan di Kota Padang ini apalagi malam ini adalah malam pergantian tahun menuju tahun 2018. Gw putuskan untuk tetap pergi keluar dengan taksi online menuju ke salah satu kedai es durian terkenal di Kota Padang, yaitu Iko Gantinyo.


Tiba di kedai ini suasanya luar biasa ramai oleh pengunjung. Gw pun langsung aja masuk dan pesan es durian yang terkenal itu. Rasanya sangat lembut, dingin dengan aroma dan sensasi khas durian. Harganya Rp15.000 untuk 1 porsinya waktu itu disediakan juga gratis air mineral ukuran kecil sebagai penetralisir.


Setelah itu gw ke tujuan berikutnya yaitu Plaza Andalas. Kalo dari Pantai Padang bisa terlihat cukup jelas mall ini karena memang tidak terlalu jauh dari pesisir laut. Dan ya hampir serupa dengan mall lainnya pada umumnya di sini terdapat beberapa restoran cepat saji, Ramayana, toko pakaian serta ada tempat bermain anak dan bioskop di lantai paling atas.


Dari Plaza Andalas gw mencoba berjalan kaki menyusuri padatnya jalanan di Kota Padang malam itu menuju Pantai Padang. Berbeda dengan siang hari yang lengang, malam ini suasanya luar biasa padat oleh pengunjung. Di sini tidak perlu bingung kalo mau makan seafood atau sekedar bersantay minum kopi karna berjejer para pedagang makanan dengan kursi meja dan payung kecil di sepanjang pantai ini. Kurang lebih mirip seperti Pantai Jimbaran di Bali namun ini dengan harga lebih terjangkau. Kita bisa merasakan sensasi makan di bawah sinar rembulan, dengan deburan ombak dan aneka seafood yang terasa segar.

Untuk lanjutan perjalanan backpacker selama di Padang ini akan berlanjut ke Part 3 ya, agar tidak terlalu panjang dalam satu page.

Link untuk Part 3: https://rickyadiyanto.blogspot.com/2020/09/jambi-padang-backpacker-super-hemat_18.html?m=1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar